Minggu, 03 Juli 2016

Menemukanmu, Cinta

0

Menemukanmu, Cinta

Sudah berapa banyak waktu yang kau gunakan untuk tidur? Tepatnya tidur dalam kegelisahan.
Kebiasaanmu sejak dulu ketika kau dirundung masalah pasti kau akan tidur. Entah berefek apa kau juga belum tahu.
Tapi kau memilih untuk tidur. Mungkin kau menyelesaikan masalah-masalahmu dalam mimpi. Tapi selama ini lebih banyak lagi masalah yang kau dapat setelah tidur dalam kegelisahan itu. Mulai dari tugas yang tidak dikerjakan, tidak jadi menghadiri rapat, sampai ketinggalan kereta. Bahkan hampir-hampir kehilangan kesempatan di masa depanmu gara-gara hobi tidurmu itu. Apa sebenarnya yang menjadikanmu seperti ini. Bukankah kau punya Allah yang bisa kau mintai jawaban penyelesaian?
Kenapa kau justru lari pada hal-hal yang merugikan dirimu.

Bang Azmi menghentikan bicaranya sejenak. Ia terlihat gusar memikirkan seseorang yang sangat dicintainya.
Dan aku hanya diam. Sesekali menghela nafas mendengarkan perkataan Abangku.
Tapi melihat Bang Azmi sudah diam dan seperti menunggu jawaban, maka aku harus bicara. Ya, kapan lagi aku bisa menjelaskan dengan rapi dan jujur tentang semua ini?

Aku pun mulai mengeluarkan kata-kata.

Bang, seberapa sering kau melakukan sesuatu karena kemauan orang lain?
Seberapa sering kau melakukan sesuatu karena keinginan orang lain yang tidak bisa kau tolak? Atau sejatinya kau menolak tapi orang itu memaksa?
Seberapa sering kau melakukan sesuatu yang tidak kau sukai? Seberapa sering kau melakukan sesuatu karena terlanjur mengiyakan perintah?
Seberapa sering kau merasa tidak enak untuk menolak? Seberapa sering dalam hidupmu yang kau tetap bertahan, melakukan sesuatu karena keterpaksaan?

Apakah kau akhirnya menyenanginya? Apakah pada akhirnya kau menemukan cinta di sana?

Aku lebih suka menulis, tapi kau selalu menyuruhku untuk menghitung. Aku lebih suka mendesain, tapi kau menyuruhku untuk mengukur jarak. Aku lebih suka menjelajah, bercocok tanam, mengenali kehidupan tumbuhan, tapi kau memaksaku untuk memahami kerja peralatan di laboratorium.
Terlebih ketika aku katakan aku lebih suka pekerjaan mengonsep, kau menuntutku untuk bekerja teknis.

Kau selalu berkata Witing tresno jalaran saka kulina.
Aku sudah berusaha, tapi bukankah kau juga paham bahwa segala perbuatan tergantung pada niatnya?

Dan kau selalu mengelak, kau bilang keterpaksaan akan bermuara pada kebiasaan. Kebiasaan buruk, Bang?

Kau memarahiku karena aku jarang tersenyum. Karena aku banyak tidur. Kau tahu kenapa? Itu bentuk pemberontakanku.

Kau meremehkanku saat aku mengatakan ingin belajar pertanian, belajar pangan, belajar berdagang, belajar banyak bahasa.
Kau bilang persentase kesuksesanku akan kecil jika menuruti keinginan-keinginan konyol itu.

Dan,
kau menyarankanku untuk lebih banyak bersyukur, barangkali dengan begitu kecintaanku akan muncul. Ya. Mungkin aku yang terlalu kufur, Bang.

Tapi,
aku yang menjalaninya, hidup dalam kungkungan tuntutan dan keterpaksaan. Tidak pernah merasakan ketentraman.

Aku bahagia ketika menulis, bahkan tidak tergoda jika kau menawariku makanan. Aku bahagia ketika mendesain, sampai-sampai kau mengajakku jalan-jalan aku menolak. Aku bahagia ketika bercocok tanam, aku bahagia ketika.... Aku bahagia... Aku merasakan cinta.

Namun, kau selalu memandang sebelah mata.

Pada akhirnya aku justru tidak bisa melakukan apa-apa. Menulis aku cepat bosan, mendesain aku kurang sabar, bercocok tanam aku takut gagal, berbicara dengan banyak orang aku takut menimbulkan kecaman. Menghitung dan mengukurpun aku asal-asalan.

Aku lelah. Aku tidak suka. Aku tidak nyaman. Aku tidak menemukan cinta.

Dan aku menghela nafas. Beranjak dari tempat dudukku, melanjutkan tidur kembali.

#menulisbahagia
#cinta
#langit

Ramadhan 17
Kuningan 21 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar

Kawan, mohon komentar santunnya, untuk perbaikan ke depan ^^

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com